Tari
Bertemakan Kegagahan Satria
Tari bertema Kegagahan satria/raja banyak berhubungan dengan cerita
– cerita rakyat ataupun legenda. salah satu contoh tari bertema kegagahan
satria/Raja yaitu:
1)
Tari Klono sewandono
Klono Sewandono dalam reog Ponorogo
digambarkan sebagai seorang Prabu (raja) dari bantarangin yang sakti mondoguno,
didampingi patihnya bernama Patih Pujonggoanom (lebih dikenal dengan sebutan
Bujangganong).
2)
Tari Menak jingo
Masyarakat Banyuwangi menilai Menak Jinggo adalah Pahlawan, Ksatria
yang gagah Perkasa. Dalam penampilannya Menak jingo selalu didampingi dengan
tokoh pembantu bernama Dayun yang berperilaku lucu.
Tari Bertemakan Angkara
Murka
Tari bertema Angkara Murka menggambarkan sosok manusia yang
mempunyai sifat angkara murka,birahi yang tinggi, sifat ini umumnya melekat
pada tokoh-tokoh raja sabrang yang kaya raya dalam legenda. Tari bertema
angkara murka antara lain :
1) Topeng Klono Bapang
Klono Bapang merupakan gambaran sebagai tokoh antagonis yang
mempunyai perilaku dan berpenampilan ganjil (lucu). Klono Bapang dikisahkan
sebagai salah satu raja dari sebrang yang mempunyai sifat angkara murka. Tari
ini berasal dari daerah Malang.
2) Topeng Klono Sewandana
Klono
Sewandana merupakan gambara tentang seorang raja yang gagah perkasa,kaya raya
dan sekaligus gambaran orang yang nafsu birahinya tinggi dan mempunyai sifat
angkara murka.
Tari
Bertemakan Kelucuan/Keganjilan
Tari
bertema kelucuan atau keganjilan biasanya berbentuk tari-tarian yang
lucu,humor,adapula yang dimunculkan sebagai peran antagonis.Contohnya :
v Tari Topeng
Demang Protojoyo
Tarian
ini termasuk dalam topeng Malang dikarenakan berasal dari daerah Malang yaitu
Gunung sari. Salah satu tokoh utamanya adalah Demang Potrojoyo yang menari
dengan gerak gerik lucu.Bentuk topeng ini ada bibir bagian atas tapi tak ada
bagian bawahnya.
v Tarian Dayun
Tarian
ini mengawali tarian Menak Jinggo , Dayun ini menari dengan lincah dan
gerak gerik yang lucu sesuai irama lagu
Yang
mengiringinya,setelah itu ia menari dengan Menak Jinggo dalam bentuk distorsi
(tidak sempurna) dan kadang seperti salah , sehingga terlihat menggelikan
Tari Bertemakan Keprajuritan
Tari
bertemakan keprajuritan menggambarkan tentang sosok prajurit, ketangkasan
bersenjata, kegagahannya, dan keperwiraannya. Tari bertema keprajuritan, antara
lain :
1.) Mung Dhe
Tari Mung De berasal
dari desa Baron Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk. Tarian ini memiliki ragam
gerak lebih banyak pada tari berjalan, kuat pada langkah kaki dan
putaran-putaran properti berupa pedang.
Tari Mung De diiringi oleh iringan yang cenderung ajeg dalam ritme yang tetap
sepanjang musik tersebut mengiringi gerak tari berjalan.Tari Mung De menggukan
busana berupa celana setinggi lutut, baju lengan panjang, rompi, dan ikat
kepala yang berbentuk oval.
Dalam tari ini menggambarkan
beberapa prajurit yang sedang berlatih perang yang lengkap dengan orang yang
membantu dan memberi semangat kepada kedua belah pihak yang sedang latihan.
Pihak yang membantu dan memberi semangat, di sebut botoh. Botohnya ada dua
yaitu penthul untuk pihak yang menang dan tembem untuk pihak yang kalah. Sikap
dan tingkah laku kedua botoh ini gecul atau lucu, sehingga membuat orang lain
yang menyaksikan tari Mung Dhe, terkesan tegang dan kadang merasa geli, karena
yang berlatih perang memakai pedang, sedangkan botohnya lucu .
Secara keseluruhan, tari Mung Dhe
melibatkan 14 pemain dengan masing-masing peran pada awalnya, yaitu :
- 2 orang berperan sebagi penari
/prajurit.
- 2 orang berperan sebagi pembawa
bendera.
- 2 orang berperan sebagai botoh
- 8 orang berperan sebagai
penabuh /pengiring.
Pada perkembanganya
sekarang hanya melibatkan 12 orang, yaitu 6 alat untuk 6 orang pemain. Di dalam
pengaturan organisasi tari Mung Dhe untuk penarinya adalah laki-laki serta perempuan dan dalam tingkatan
usia dewasa (baik yang menikah atau yang belum).
Pada perkembangan sekarang ini, tari Mung Dhe sering ditampilkan pada
acara-acara yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Daerah Kabupaten Nganjuk, seperti Pemilihan Duta Wisata, maupun Grebeg Suro, maupun Jamasan
Pusaka, serta saat Upacara Wisuda
(gembyangan-red) Waranggono.
2.) Cakalele
Tari Cakalele
merupakan tarian tradisional Maluku yang dimainkan oleh sekitar 30 laki-laki
dan perempuan.
Para penari laki-laki
mengenakan pakaian perang yang didominasi oleh warna merah dan kuning tua. Dikedua
tangan penari menggenggam pedang di sisi kanan dan tameng (salawaku) di sisi
kiri, mengenakan topi yang terbuat dari alumunium yang diselipkan bulu ayam
berwarna putih. Sementara, penari perempuan mengenakan pakaian warna putih
dengan menggenggam sapu tangan (lenso) di kedua tangannya. Tari Cakalele
diiringi oleh musik beduk (tifa), suling, dan kerang besar (bia) yang ditiup.
Keistimewaan tarian
ini terletak pada tiga fungsi simbolnya, yaitu :
a.)Pakaian merah pada
kostum penari laki-laki, menyimbolkan rasa heroisme terhadap bumi Maluku, serta
keberanian dan patriotisme orang Maluku ketika menghadapi perang.
b.)Pedang pada tangan
kanan menyimbolkan harga diri warga Maluku yang harus dipertahankan hingga
titik darah penghabisan.
c.)Tameng (salawaku) dan teriakan menggelegar
pada selingan tarian menyimbolkan gerakan protes terhadap sistem pemerintahan
yang dianggap tidak memihak kepada masyarakat.
B. Tari Bertemakan Pemujaan
Umumnya
digunakan untuk memperingati upacara tertentu di lingkungan masyarakat.
Contoh : Upacara bersih desa, sedekah
bumi, dll.
Tari bertema
pemujaan, antara lain
a. Tari sandur
berasal dari Tuban yang merupakan proses upacara ruwatan desa yang memerlukan waktu semalam suntuk. Bentuk pemanggungannya di arena ada pembatas yang mengelilingin arena permainan, seluruh pemain ada dalam kalangan tersebut. Pola permainan; gerak, dialog, lelagon vokal, musik
Menggambarkan simbol keblat papat lima pancer(bancak doyok, gulu, dada) yang ialah salah satu wacana dalam kawruh jawa tentang hubungan antara manusia dengan alam dan Tuhan. Di interpretasikan sebagai tempat sesuai dengan arah mata angin,
pancer; keyakinan yang hidup dalam dirinya sendiri ttg Tuhan, bahwa Tuhan itu ada.
berasal dari Tuban yang merupakan proses upacara ruwatan desa yang memerlukan waktu semalam suntuk. Bentuk pemanggungannya di arena ada pembatas yang mengelilingin arena permainan, seluruh pemain ada dalam kalangan tersebut. Pola permainan; gerak, dialog, lelagon vokal, musik
Menggambarkan simbol keblat papat lima pancer(bancak doyok, gulu, dada) yang ialah salah satu wacana dalam kawruh jawa tentang hubungan antara manusia dengan alam dan Tuhan. Di interpretasikan sebagai tempat sesuai dengan arah mata angin,
pancer; keyakinan yang hidup dalam dirinya sendiri ttg Tuhan, bahwa Tuhan itu ada.
b. Tari Pendet
awalnya tari pemujaan yang melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Seiring perkembangannya zaman, para seniman Bali menguba pendet menjadi tarian ucapan selamat datang, tetapi tetap mengandung makna yang sakral – religius.
awalnya tari pemujaan yang melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Seiring perkembangannya zaman, para seniman Bali menguba pendet menjadi tarian ucapan selamat datang, tetapi tetap mengandung makna yang sakral – religius.