Sabtu, 09 Maret 2013

Gagasan Tema Tari Nuantara


Tari Bertemakan Kegagahan Satria

Tari bertema Kegagahan satria/raja banyak berhubungan dengan cerita – cerita rakyat ataupun legenda. salah satu contoh tari bertema kegagahan satria/Raja yaitu:

1)    Tari Klono sewandono

     Klono Sewandono dalam reog Ponorogo digambarkan sebagai seorang Prabu (raja) dari bantarangin yang sakti mondoguno, didampingi patihnya bernama Patih Pujonggoanom (lebih dikenal dengan sebutan Bujangganong).

2)    Tari Menak jingo

Masyarakat Banyuwangi menilai Menak Jinggo adalah Pahlawan, Ksatria yang gagah Perkasa. Dalam penampilannya Menak jingo selalu didampingi dengan tokoh pembantu bernama Dayun yang berperilaku lucu.




Tari Bertemakan Angkara Murka

Tari bertema Angkara Murka menggambarkan sosok manusia yang mempunyai sifat angkara murka,birahi yang tinggi, sifat ini umumnya melekat pada tokoh-tokoh raja sabrang yang kaya raya dalam legenda. Tari bertema angkara murka antara lain :

1)    Topeng Klono Bapang

Klono Bapang merupakan gambaran sebagai tokoh antagonis yang mempunyai perilaku dan berpenampilan ganjil (lucu). Klono Bapang dikisahkan sebagai salah satu raja dari sebrang yang mempunyai sifat angkara murka. Tari ini berasal dari daerah Malang.

2)    Topeng Klono Sewandana

Klono Sewandana merupakan gambara tentang seorang raja yang gagah perkasa,kaya raya dan sekaligus gambaran orang yang nafsu birahinya tinggi dan mempunyai sifat angkara murka.

Tari Bertemakan Kelucuan/Keganjilan
Tari bertema kelucuan atau keganjilan biasanya berbentuk tari-tarian yang lucu,humor,adapula yang dimunculkan sebagai peran antagonis.Contohnya :
v  Tari  Topeng  Demang Protojoyo
Tarian ini termasuk dalam topeng Malang dikarenakan berasal dari daerah Malang yaitu Gunung sari. Salah satu tokoh utamanya adalah Demang Potrojoyo yang menari dengan gerak gerik lucu.Bentuk topeng ini ada bibir bagian atas tapi tak ada bagian bawahnya.
v  Tarian Dayun
Tarian ini mengawali tarian Menak Jinggo , Dayun ini menari dengan lincah dan gerak  gerik yang lucu sesuai irama lagu
Yang mengiringinya,setelah itu ia menari dengan Menak Jinggo dalam bentuk distorsi (tidak sempurna) dan kadang seperti salah , sehingga terlihat menggelikan
Tari Bertemakan Keprajuritan
Tari bertemakan keprajuritan menggambarkan tentang sosok prajurit, ketangkasan bersenjata, kegagahannya, dan keperwiraannya. Tari bertema keprajuritan, antara lain :
1.) Mung Dhe
Tari Mung De berasal dari desa Baron Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk. Tarian ini memiliki ragam gerak lebih banyak pada tari berjalan, kuat pada langkah kaki dan putaran-putaran properti berupa  pedang. Tari Mung De diiringi oleh iringan yang cenderung ajeg dalam ritme yang tetap sepanjang musik tersebut mengiringi gerak tari berjalan.Tari Mung De menggukan busana berupa celana setinggi lutut, baju lengan panjang, rompi, dan ikat kepala yang berbentuk oval.
Dalam tari ini menggambarkan beberapa prajurit yang sedang berlatih perang yang lengkap dengan orang yang membantu dan memberi semangat kepada kedua belah pihak yang sedang latihan. Pihak yang membantu dan memberi semangat, di sebut botoh. Botohnya ada dua yaitu penthul untuk pihak yang menang dan tembem untuk pihak yang kalah. Sikap dan tingkah laku kedua botoh ini gecul atau lucu, sehingga membuat orang lain yang menyaksikan tari Mung Dhe, terkesan tegang dan kadang merasa geli, karena yang berlatih perang memakai pedang, sedangkan botohnya lucu .
Secara keseluruhan, tari Mung Dhe melibatkan 14 pemain dengan masing-masing peran pada awalnya, yaitu :
  • 2 orang berperan sebagi penari /prajurit.
  • 2 orang berperan sebagi pembawa bendera.
  • 2 orang berperan sebagai botoh
  • 8 orang berperan sebagai penabuh /pengiring.
Pada perkembanganya sekarang hanya melibatkan 12 orang, yaitu 6 alat untuk 6 orang pemain. Di dalam pengaturan organisasi tari Mung Dhe untuk penarinya adalah laki-laki serta perempuan dan dalam tingkatan usia dewasa (baik yang menikah atau yang belum). Pada perkembangan sekarang ini, tari Mung Dhe sering ditampilkan pada acara-acara yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Daerah Kabupaten Nganjuk, seperti Pemilihan Duta Wisata, maupun Grebeg Suro, maupun Jamasan Pusaka, serta saat Upacara Wisuda (gembyangan-red) Waranggono.
2.) Cakalele
Tari Cakalele merupakan tarian tradisional Maluku yang dimainkan oleh sekitar 30 laki-laki dan perempuan.
Para penari laki-laki mengenakan pakaian perang yang didominasi oleh warna merah dan kuning tua. Dikedua tangan penari menggenggam pedang di sisi kanan dan tameng (salawaku) di sisi kiri, mengenakan topi yang terbuat dari alumunium yang diselipkan bulu ayam berwarna putih. Sementara, penari perempuan mengenakan pakaian warna putih dengan menggenggam sapu tangan (lenso) di kedua tangannya. Tari Cakalele diiringi oleh musik beduk (tifa), suling, dan kerang besar (bia) yang ditiup.
Keistimewaan tarian ini terletak pada tiga fungsi simbolnya, yaitu :
a.)Pakaian merah pada kostum penari laki-laki, menyimbolkan rasa heroisme terhadap bumi Maluku, serta keberanian dan patriotisme orang Maluku ketika menghadapi perang.
b.)Pedang pada tangan kanan menyimbolkan harga diri warga Maluku yang harus dipertahankan hingga titik darah penghabisan.
c.)Tameng (salawaku) dan teriakan menggelegar pada selingan tarian menyimbolkan gerakan protes terhadap sistem pemerintahan yang dianggap tidak memihak kepada masyarakat.
B. Tari Bertemakan Pemujaan
Umumnya digunakan untuk memperingati upacara tertentu di lingkungan masyarakat.
Contoh             : Upacara bersih desa, sedekah bumi, dll.
Tari bertema pemujaan, antara lain
a.      Tari sandur
berasal dari Tuban yang merupakan proses upacara ruwatan desa yang memerlukan waktu semalam suntuk. Bentuk pemanggungannya di arena ada pembatas yang mengelilingin arena permainan, seluruh pemain ada dalam kalangan tersebut. Pola permainan; gerak, dialog, lelagon vokal, musik
Menggambarkan simbol keblat papat lima pancer(bancak doyok, gulu, dada) yang ialah salah satu wacana dalam kawruh jawa tentang hubungan antara manusia dengan alam dan Tuhan. Di interpretasikan sebagai tempat sesuai dengan arah mata angin,
pancer; keyakinan yang hidup dalam dirinya sendiri ttg Tuhan, bahwa Tuhan itu ada.
b.      Tari Pendet
awalnya tari pemujaan yang melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Seiring perkembangannya zaman, para seniman Bali menguba pendet menjadi tarian ucapan selamat datang, tetapi tetap mengandung makna yang sakral – religius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar